Manusia Sebagai Makhluk individu dan Sosial

Disusun oleh
KELOMPOK : II
NAMA ANGGOTA/ : 1. LINA PURWANTI
NIM : RSAIC1100
2. VEBRIA ARDINA
RSA1C110020

PRODY : PGSBI KIMIA
DOSEN PEMBIMBING : Drs. FACHRUDDIN SAUDAGAR, M.Pd



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI 2010/2011

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb

Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, Kami masih diberikan kesehatan dan langkah yang mudah dalam menyelesaikan tugas Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang diberikan oleh bapak Drs. Facruddin Saudagar, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih atas tugas yang bapak berikan, karena dengan adanya tugas ini sekiranya kami pribadi mendapatkan pengetahuan yang Insya Allah nantinya dapat kami terapkan ataupun kami renungkan khususnya berguna bagi kami atau orang lain yang membacanya di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Alhamdulillah, tugas yang bapak berikan dapat saya kerjakan dengan semampunya. Dan kami mohon maaf jika dalam penyusunan makalah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ini masih ada kekurangan, baik dalam penulisan kata maupun dalam penyusunan kata.
Demikianlah atas waktu dan perhatian bapak, yang sudi kiranya membaca tugas ini dan kami ucapkan terima kasih.

Wassalammualaikum Wr.Wb


Jambi, 14 Oktober 2011








BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pada dasarnya manusia hidup dan melakukan aktifitas apapun tidak bisa sendiri, pasti akan membutuhkan bantuan orang lain. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Setiap orang memiliki kepribadian yang membedakan dirinya dengan yang lain. Kepribadian seseorang itu dipengaruhi faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus- menerus.
Selain individu, kelompok sosial yang lebih besar, seperti keluarga, tetangga dan masyarakat, memiliki ciri/ karakter / kebiasaan yang berbeda- beda pula.
Hal ini karena dalam kehidupan sehari- hari kita tidak terlepas dari pengaruh orang lain.
Selama manusia hidup ia tidak akan lepas dari pengaruh masyarakat, di rumah, di Sekolah, dan di lingkungan sosialnya. Oleh karena itu manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain.
Dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain oleh karena itu perilaku manusia selalu terkait dengan orang lain. Perilaku manusia dipengaruhi oleh orang lain, ia melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat respons positif dari orang lain (pujian).
Hal inilah yang melatar belakangi pembuatan makalah ini, agar kita tau seberapa pentingnya peran individu lain dalam kehidupan kita.









BAB II
ISI
MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN SOSIAL (MASYARAKAT)
2.1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individuum, artinya yang tak terbagi. Dalam bahasa Inggris individu berasal dari kata in dan divideed. Kata in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan kata divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur- unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jadi pengertian manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Setiap manusia memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri tidak ada manusia yang persis sama. Dari kesekian banyak manusia, tarnyata masing- masing memiliki keunikkan tersendiri. Sekalipun orang itu terlahir secara kembar, mereka tidak ada yang memiliki ciri psikis dan fisik yang persis sama.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.



3.2.MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL (MASYARAKAT)
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
3.3. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LINGKUNGAN HIDUP
Berkenaan hubungan antara manusia dengan alam, paling tidak ada tiga paham, yaitu paham determinisme, paham posiblisme, dan paham optimisme teknologi.
Orang- orang yang dapat dipandang sebagai tokoh paham determinisme itu antara lain Charles Darwin, Friederich Ratzel, dan Elsworth Huntingon. Determinisme alam menempatkan manusia sebagai makhluk yang tunduk pada alam, alam sebagai faktor menentukan. Menurut Charles Darwin (1809-1822), dalam teori evolusinya, bahwa makhluk hidup (tumbuh- tumbuhan, hewan, manusia), secara berkesinambungan dari waktu ke waktu mengalami perkembangan. Pada perkembangan tersebut terjadi perjuangan hidup (struggle for life, struggle for existence), seleksi alam (natural selection), dan yang kuat akan bertahan hidup (survival of the fittest). Dalam proses perkembangan kehidupan tadi faktor alam sangat menentukan. Pada teori dan pemahamannya itu, kelihatan jelas paham serta pandangan determinisme alam.
Friderich Ratzel melihat bahwa populasi manusia dengan perkembangan kebudayaannya ditentukan oleh kondisi alam. Meskipun manusia dipandang sebagai makhluk yang dinamis, mobilitasnya tetap dibatasi dan ditentukan oleh kondisi alam di permukaan bumi.
Elsworth Huntington berpandangan bahwa iklim sangat menentukan perkembangan kebudayaan manusia. Karena iklim dipermukaan bumi bervariasi, kebudayaan itu pun sangat beraneka ragam. Perkembangan seni, agama, pemerintahan, dan segi- segi kebudayaan lain sangat bergantung pada iklim setempat. Paham dan pandangannya ini di sebut “Determinisme iklim”.
Pada perkembangan dan kemajuan IPTEK seperti kita alami dewasa ini, seolah- olah penerapan serta pemanfaatannya itu memberikan kemungkinan terhadap kemampuan manusia memanfaatkan alam lingkungan. Sehingga pada suasana yang demikian, dapat berkembang pandangan “posibilisme optimis teknologi” yang secara optimis memberikan kemungkinan kepada penerapan teknologi dalam memecahkan masalah hubungan manusia dengan alam lingkungan.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menjadi dasar pesatnya kemajuan teknologi. Kemajuan dan penerapan teknologi telah membawa kemajuan pemanfaatan sumber daya alam bagi pentingnya pembangunan yang menjadi penopang kesejahteraan umat manusia. Atas dasar hal tersebut, telah muncul motto teknologi merupakan tulang punggung pembangunan. Penerapan dan pemanfaatan teknologi telah mampu membuka sebagian rahasia alam bagi kepentingan kesejahteraan umat manusia. Berlandaskan keberhasilan tersebut, ada sekelompok manusia yang seolah- olah mendewakan teknologi, menjadikan teknologi segala- galanya. Mereka sangat optimis selama teknologi maju dan berkembang, apapun dapat dilakukan, napapun dapat menjamin kebutuhan manusia. Teknologi dan penerapannya bukan lagi sebagai alternatif, melainkan telah menjadi keyakinan yang menjamin hidup dan kehidupan manusia. Selanjutnya mereka mengarah kepada ketergantungan teknologi. Atau seperti telah dikemukakan di atas menciptakan suasana “determinisme teknologi” sehingga mereka tidak percaya terhadap adanya Tuhan Yang Mahakuasa.
Optimisme teknologi jika tidak di waspadai dapat menghasilkan orang- orang yang tidak percaya akan Tuhan Yang Mahakuasa, menghasilkan orang- orang yang atheis. Padahal jika kita telaah dengan tenang,teknologi merupakan produk budaya, technology is the application of knowledge by man in order to perform some task he wants done (Brown & brown 1975 : 2)
Sebagai lembaga sosial yang menjadi wadah pertama serta utama dalam pembinaan individu, maka keluarga mempunyai fungsi majemuk. Selain keluarga wajib menjaminkesejahteraan materi para anggotanya, juga wajib menjamin kesejahteraan rohaninya. Dalam kasus- kasus teretntu, dalam menciptakan rasa adil, teruttama jika terjadi konflik antara anggota keluarga, keluarga ini juga menjadi lembaga peradilan. Memerhatikan kedudukan, fungsi dan peranan yang demikian, keluarga merupakan lembaga yang sangat bermakna dalam menciptakan serta membina individu menjadi makhluk sosial.





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jadi individu hanya sebutan yang tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya, keutuhan raga dan jiwanya. Sebagai individu, manusia dituntut untuk dapat mengenal serta memahami tanggung jawabnya bagi dirinya sendiri, masyarakat dan kepada Sang Pencipta. Sebagai mahluk individu manusia sangat unik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap individu akan sangat ekspresif tentang dirinya. Hal ini yang dikategorikan oleh para ahli dengan sifat, kepribadian, dan banyak istilah lain.
Dikatakan unik karena manusia memiliki beragai macam perbedaan dengan setiap manusia lain, mempunyai cara yang berbeda dalam upaya memenuhi kebutuhannya. perilaku atau aktivitas yang ada pada diri manusia (individu / organisme) tidak timbul dengan sendirinya tetapi akibat dari rangsangan (stimulus) yang diterima organisme bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal.
Sebagai individu, manusiapun mempunyai tujuan hidup sebagaimana yang di jelaskan oleh filsuf dan juga sufi Al Ghazali ”tujuan manusia sebagai individu adalah mencapai kebahagiaan dan kebahagiaan yang paling utama harus diketemukan di kehidupan yang akan datang, sarana utama kepada tujuan itu ada dua macam amal baik lahiriah berupa ketaatan kepada aturan-aturan tingkah laku yang diwahyukan dalam kitab suci dan upaya bathiniah untuk mencapai keutamaan jiwa”.

3.2 Saran
Sebagai makhluk individu, kita memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka. kita yang biasa dikenal dengan mahluk sempurna memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, maka kita harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirin seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, kita bisa mampu mengembangkan diri sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Kita sebagi seorang calon pendidik harus sadar bahwa dalam rangka mendidIk anak tidak boleh memaksa karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentUkan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri. Pendidikan hendaknya menghormati keindividualitasn anak, karakteristik individu anak, kepribadian anak, keunikannya, dan martabatnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 Chemistry All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes