COD (Chemical Oxygen Demand)
COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter sampel air, dimana pengoksidanya adalah K2Cr2O7 atau KMnO4. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Sebagian besar zat organik melalui tes COD ini dioksidasi oleh
K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih optimum,
Perak sulfat (Ag2SO4) ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi. Sedangkan merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada umumnya ada di dalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organik habis teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluks. K2Cr2O7 yang tersisa menentukan berapa besar oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium sulfat (FAS). Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut.
Indikator ferroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu disaat warna hijau biru larutan berubah menjadi coklat merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organik yang dioksidasi oleh K2Cr2O7.
BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Biochemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh zat oragnik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut. Beberapa zat organik maupun anorganik dapat bersifat racun misalnya sianida, tembaga, dan sebagainya, sehingga harus dikurangi sampai batas yang diinginkan.
Berkurangnya oksigen selama biooksidasi ini sebenarnya selain digunakan untuk oksidasi bahan organik, juga digunakan dalam proses sintesa sel serta oksidasi sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD ini tidak dapat digunakan untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi bahan organik tersebut. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya.
Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD ini dapat diketahui dengan menginkubasikan contoh air pada suhu 20 0C selama lima hari. Untuk memecahkan bahan-bahan organik tersebut secara sempurna pada suhu 20 0C sebenarnya dibutuhkan waktu lebih dari 20 hari, tetapi untuk prasktisnya diambil waktu lima hari sebagai standar. Inkubasi selama lima hari tersebut hanya dapat mengukur kira-kira 68 persen dari total BOD (Sasongko, 1990).
Terdapat pembatasan BOD yang penting sebagai petunjuk dari pencemaran organik. Apabila ion logam yang beracun terdapat dalam sampel maka aktivitas bakteri akan terhambat sehingga nilai BOD menjadi lebih rendah dari yang semestinya (Mahida, 1981). Pada Tabel di bawah. dapat dilihat waktu yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik di dalam air.
Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat. Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara titrasi, dalam penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai indikator amilum (Alaerts dan Santika, 1984).
Waktu yang dibutuhkan untuk mengoksdasi bahan – bahan organik pada suhu 200C
Cara Perhitungan COD dan BOD
Menentukan nilai BOD dan COD limbah sebelum dan sesudah pelakuan
a. Menghitung BOD
b. Menghitung COD
Menghitung penurunan BOD dan COD limbah setelah selesai perlakuan
Cara Analisa atau Metode Analisis COD dan BOD pada Limbah Cair
Diposting oleh
Vebria Ardina
on Sabtu, 28 Januari 2012
Label:
Environtment Chemistry
/
Comments: (3)
Diposting oleh
Vebria Ardina
on Sabtu, 21 Januari 2012
Label:
Basic Chemistry
/
Comments: (0)
Sifat anomali air
Air memang misterius, air bisa menjadi sumber kehidupan, tetapi juga sebaliknya air bisa menjadi sumber bencana. Tetapi bukan itu yang akan kita bahas kali ini. Kita akan membahas salah satu sifat khas air yang tidak dimiliki oleh zat lain atau yang dikenal dengan sifat anomali air dalam fisika. Misteri air terungkap ketika para ilmuwan fisika mempelajari tentang suhu dan kalor. Mereka mengamati, bahwa semua zat akan memuai jika dipanaskan. Tetapi air mempunyai keanehan dalam hal ini. Air ternyata malah menyusut jika dipanaskan dari suhu 0 ke 4 derajat Celsius.
Ketika air menyusut massa air tetap, sedangkan volumenya berkurang, sehingga massa jenis air akan bertambah. Ingat massa jenis = massa/volum. Sifat anomali air adalah keanehan air yang menyusut ketika dipanaskan antara suhu 0 sampai 4 derajat Celsius. Massa jenis air terbesar diperoleh pada suhu 4 derajat Celsius, karena pada suhu ini air memiliki volum yang paling kecil. Lihat bagan / tabel Volume-Suhu disamping. Jika air didinginkan dari 4 derajat Celsius ke 0 derajat Celsius maka volume air akan mengembang. Semakin menuju ke 0 derajat celsius, semakin kecil masa jenis air. Inilah salah satu jawaban, kenapa es mengapung di air.
mengapa es mengapung di atas air?
Jadi es mengapung di air kerena massa jenis es lebih kecil dari massa jenis air. Ingat tentang teori Archimedes yang mengatakan bahwa zat yang memiliki massa jenis lebih kecil dari air akan mengapung di air, zat yang memiliki massa jenis sama dengan massa jenis air akan melayang dan zat yang memiliki massa jenis lebih besar dari air akan tenggelam.
“Jika sebagian atau seluruhnya suatu benda tercelup dalam zat cair, maka akan mendapatkan gaya keatas sebesar berat zat cair yang dipindahkan”(Hk.Archimedes)
Penjelasan : misalkan volume awal zat cair 100 ml, kemudian sebuah benda dicelupkan sebagian atau seluruhnya kedalam zat cair hingga volumenya naik menjadi 150 ml, berarti kenaikan volume zat cair 50 ml, maka gaya keatas F = massa jenis zat cair X volume kenaikan zat cair X percepatan gravitasi bumi
“Jika didalam suatu penampang bejana mendapatkan tekanan, maka akan diteruskan kesegala arah dengan sama rata”(Hk.Pascal)
Penjelasan : F.1/A.1 = F.2/A.2
Air memang misterius, air bisa menjadi sumber kehidupan, tetapi juga sebaliknya air bisa menjadi sumber bencana. Tetapi bukan itu yang akan kita bahas kali ini. Kita akan membahas salah satu sifat khas air yang tidak dimiliki oleh zat lain atau yang dikenal dengan sifat anomali air dalam fisika. Misteri air terungkap ketika para ilmuwan fisika mempelajari tentang suhu dan kalor. Mereka mengamati, bahwa semua zat akan memuai jika dipanaskan. Tetapi air mempunyai keanehan dalam hal ini. Air ternyata malah menyusut jika dipanaskan dari suhu 0 ke 4 derajat Celsius.
Ketika air menyusut massa air tetap, sedangkan volumenya berkurang, sehingga massa jenis air akan bertambah. Ingat massa jenis = massa/volum. Sifat anomali air adalah keanehan air yang menyusut ketika dipanaskan antara suhu 0 sampai 4 derajat Celsius. Massa jenis air terbesar diperoleh pada suhu 4 derajat Celsius, karena pada suhu ini air memiliki volum yang paling kecil. Lihat bagan / tabel Volume-Suhu disamping. Jika air didinginkan dari 4 derajat Celsius ke 0 derajat Celsius maka volume air akan mengembang. Semakin menuju ke 0 derajat celsius, semakin kecil masa jenis air. Inilah salah satu jawaban, kenapa es mengapung di air.
mengapa es mengapung di atas air?
Jadi es mengapung di air kerena massa jenis es lebih kecil dari massa jenis air. Ingat tentang teori Archimedes yang mengatakan bahwa zat yang memiliki massa jenis lebih kecil dari air akan mengapung di air, zat yang memiliki massa jenis sama dengan massa jenis air akan melayang dan zat yang memiliki massa jenis lebih besar dari air akan tenggelam.
“Jika sebagian atau seluruhnya suatu benda tercelup dalam zat cair, maka akan mendapatkan gaya keatas sebesar berat zat cair yang dipindahkan”(Hk.Archimedes)
Penjelasan : misalkan volume awal zat cair 100 ml, kemudian sebuah benda dicelupkan sebagian atau seluruhnya kedalam zat cair hingga volumenya naik menjadi 150 ml, berarti kenaikan volume zat cair 50 ml, maka gaya keatas F = massa jenis zat cair X volume kenaikan zat cair X percepatan gravitasi bumi
“Jika didalam suatu penampang bejana mendapatkan tekanan, maka akan diteruskan kesegala arah dengan sama rata”(Hk.Pascal)
Penjelasan : F.1/A.1 = F.2/A.2
Manusia Sebagai Makhluk individu dan Sosial
Disusun oleh
KELOMPOK : II
NAMA ANGGOTA/ : 1. LINA PURWANTI
NIM : RSAIC1100
2. VEBRIA ARDINA
RSA1C110020
PRODY : PGSBI KIMIA
DOSEN PEMBIMBING : Drs. FACHRUDDIN SAUDAGAR, M.Pd
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI 2010/2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb
Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, Kami masih diberikan kesehatan dan langkah yang mudah dalam menyelesaikan tugas Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang diberikan oleh bapak Drs. Facruddin Saudagar, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih atas tugas yang bapak berikan, karena dengan adanya tugas ini sekiranya kami pribadi mendapatkan pengetahuan yang Insya Allah nantinya dapat kami terapkan ataupun kami renungkan khususnya berguna bagi kami atau orang lain yang membacanya di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Alhamdulillah, tugas yang bapak berikan dapat saya kerjakan dengan semampunya. Dan kami mohon maaf jika dalam penyusunan makalah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ini masih ada kekurangan, baik dalam penulisan kata maupun dalam penyusunan kata.
Demikianlah atas waktu dan perhatian bapak, yang sudi kiranya membaca tugas ini dan kami ucapkan terima kasih.
Wassalammualaikum Wr.Wb
Jambi, 14 Oktober 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pada dasarnya manusia hidup dan melakukan aktifitas apapun tidak bisa sendiri, pasti akan membutuhkan bantuan orang lain. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Setiap orang memiliki kepribadian yang membedakan dirinya dengan yang lain. Kepribadian seseorang itu dipengaruhi faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus- menerus.
Selain individu, kelompok sosial yang lebih besar, seperti keluarga, tetangga dan masyarakat, memiliki ciri/ karakter / kebiasaan yang berbeda- beda pula.
Hal ini karena dalam kehidupan sehari- hari kita tidak terlepas dari pengaruh orang lain.
Selama manusia hidup ia tidak akan lepas dari pengaruh masyarakat, di rumah, di Sekolah, dan di lingkungan sosialnya. Oleh karena itu manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain.
Dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain oleh karena itu perilaku manusia selalu terkait dengan orang lain. Perilaku manusia dipengaruhi oleh orang lain, ia melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat respons positif dari orang lain (pujian).
Hal inilah yang melatar belakangi pembuatan makalah ini, agar kita tau seberapa pentingnya peran individu lain dalam kehidupan kita.
BAB II
ISI
MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN SOSIAL (MASYARAKAT)
2.1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individuum, artinya yang tak terbagi. Dalam bahasa Inggris individu berasal dari kata in dan divideed. Kata in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan kata divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur- unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jadi pengertian manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Setiap manusia memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri tidak ada manusia yang persis sama. Dari kesekian banyak manusia, tarnyata masing- masing memiliki keunikkan tersendiri. Sekalipun orang itu terlahir secara kembar, mereka tidak ada yang memiliki ciri psikis dan fisik yang persis sama.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.
3.2.MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL (MASYARAKAT)
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
3.3. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LINGKUNGAN HIDUP
Berkenaan hubungan antara manusia dengan alam, paling tidak ada tiga paham, yaitu paham determinisme, paham posiblisme, dan paham optimisme teknologi.
Orang- orang yang dapat dipandang sebagai tokoh paham determinisme itu antara lain Charles Darwin, Friederich Ratzel, dan Elsworth Huntingon. Determinisme alam menempatkan manusia sebagai makhluk yang tunduk pada alam, alam sebagai faktor menentukan. Menurut Charles Darwin (1809-1822), dalam teori evolusinya, bahwa makhluk hidup (tumbuh- tumbuhan, hewan, manusia), secara berkesinambungan dari waktu ke waktu mengalami perkembangan. Pada perkembangan tersebut terjadi perjuangan hidup (struggle for life, struggle for existence), seleksi alam (natural selection), dan yang kuat akan bertahan hidup (survival of the fittest). Dalam proses perkembangan kehidupan tadi faktor alam sangat menentukan. Pada teori dan pemahamannya itu, kelihatan jelas paham serta pandangan determinisme alam.
Friderich Ratzel melihat bahwa populasi manusia dengan perkembangan kebudayaannya ditentukan oleh kondisi alam. Meskipun manusia dipandang sebagai makhluk yang dinamis, mobilitasnya tetap dibatasi dan ditentukan oleh kondisi alam di permukaan bumi.
Elsworth Huntington berpandangan bahwa iklim sangat menentukan perkembangan kebudayaan manusia. Karena iklim dipermukaan bumi bervariasi, kebudayaan itu pun sangat beraneka ragam. Perkembangan seni, agama, pemerintahan, dan segi- segi kebudayaan lain sangat bergantung pada iklim setempat. Paham dan pandangannya ini di sebut “Determinisme iklim”.
Pada perkembangan dan kemajuan IPTEK seperti kita alami dewasa ini, seolah- olah penerapan serta pemanfaatannya itu memberikan kemungkinan terhadap kemampuan manusia memanfaatkan alam lingkungan. Sehingga pada suasana yang demikian, dapat berkembang pandangan “posibilisme optimis teknologi” yang secara optimis memberikan kemungkinan kepada penerapan teknologi dalam memecahkan masalah hubungan manusia dengan alam lingkungan.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menjadi dasar pesatnya kemajuan teknologi. Kemajuan dan penerapan teknologi telah membawa kemajuan pemanfaatan sumber daya alam bagi pentingnya pembangunan yang menjadi penopang kesejahteraan umat manusia. Atas dasar hal tersebut, telah muncul motto teknologi merupakan tulang punggung pembangunan. Penerapan dan pemanfaatan teknologi telah mampu membuka sebagian rahasia alam bagi kepentingan kesejahteraan umat manusia. Berlandaskan keberhasilan tersebut, ada sekelompok manusia yang seolah- olah mendewakan teknologi, menjadikan teknologi segala- galanya. Mereka sangat optimis selama teknologi maju dan berkembang, apapun dapat dilakukan, napapun dapat menjamin kebutuhan manusia. Teknologi dan penerapannya bukan lagi sebagai alternatif, melainkan telah menjadi keyakinan yang menjamin hidup dan kehidupan manusia. Selanjutnya mereka mengarah kepada ketergantungan teknologi. Atau seperti telah dikemukakan di atas menciptakan suasana “determinisme teknologi” sehingga mereka tidak percaya terhadap adanya Tuhan Yang Mahakuasa.
Optimisme teknologi jika tidak di waspadai dapat menghasilkan orang- orang yang tidak percaya akan Tuhan Yang Mahakuasa, menghasilkan orang- orang yang atheis. Padahal jika kita telaah dengan tenang,teknologi merupakan produk budaya, technology is the application of knowledge by man in order to perform some task he wants done (Brown & brown 1975 : 2)
Sebagai lembaga sosial yang menjadi wadah pertama serta utama dalam pembinaan individu, maka keluarga mempunyai fungsi majemuk. Selain keluarga wajib menjaminkesejahteraan materi para anggotanya, juga wajib menjamin kesejahteraan rohaninya. Dalam kasus- kasus teretntu, dalam menciptakan rasa adil, teruttama jika terjadi konflik antara anggota keluarga, keluarga ini juga menjadi lembaga peradilan. Memerhatikan kedudukan, fungsi dan peranan yang demikian, keluarga merupakan lembaga yang sangat bermakna dalam menciptakan serta membina individu menjadi makhluk sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jadi individu hanya sebutan yang tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya, keutuhan raga dan jiwanya. Sebagai individu, manusia dituntut untuk dapat mengenal serta memahami tanggung jawabnya bagi dirinya sendiri, masyarakat dan kepada Sang Pencipta. Sebagai mahluk individu manusia sangat unik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap individu akan sangat ekspresif tentang dirinya. Hal ini yang dikategorikan oleh para ahli dengan sifat, kepribadian, dan banyak istilah lain.
Dikatakan unik karena manusia memiliki beragai macam perbedaan dengan setiap manusia lain, mempunyai cara yang berbeda dalam upaya memenuhi kebutuhannya. perilaku atau aktivitas yang ada pada diri manusia (individu / organisme) tidak timbul dengan sendirinya tetapi akibat dari rangsangan (stimulus) yang diterima organisme bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal.
Sebagai individu, manusiapun mempunyai tujuan hidup sebagaimana yang di jelaskan oleh filsuf dan juga sufi Al Ghazali ”tujuan manusia sebagai individu adalah mencapai kebahagiaan dan kebahagiaan yang paling utama harus diketemukan di kehidupan yang akan datang, sarana utama kepada tujuan itu ada dua macam amal baik lahiriah berupa ketaatan kepada aturan-aturan tingkah laku yang diwahyukan dalam kitab suci dan upaya bathiniah untuk mencapai keutamaan jiwa”.
3.2 Saran
Sebagai makhluk individu, kita memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka. kita yang biasa dikenal dengan mahluk sempurna memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, maka kita harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirin seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, kita bisa mampu mengembangkan diri sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Kita sebagi seorang calon pendidik harus sadar bahwa dalam rangka mendidIk anak tidak boleh memaksa karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentUkan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri. Pendidikan hendaknya menghormati keindividualitasn anak, karakteristik individu anak, kepribadian anak, keunikannya, dan martabatnya.
KELOMPOK : II
NAMA ANGGOTA/ : 1. LINA PURWANTI
NIM : RSAIC1100
2. VEBRIA ARDINA
RSA1C110020
PRODY : PGSBI KIMIA
DOSEN PEMBIMBING : Drs. FACHRUDDIN SAUDAGAR, M.Pd
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI 2010/2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb
Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, Kami masih diberikan kesehatan dan langkah yang mudah dalam menyelesaikan tugas Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang diberikan oleh bapak Drs. Facruddin Saudagar, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih atas tugas yang bapak berikan, karena dengan adanya tugas ini sekiranya kami pribadi mendapatkan pengetahuan yang Insya Allah nantinya dapat kami terapkan ataupun kami renungkan khususnya berguna bagi kami atau orang lain yang membacanya di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Alhamdulillah, tugas yang bapak berikan dapat saya kerjakan dengan semampunya. Dan kami mohon maaf jika dalam penyusunan makalah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ini masih ada kekurangan, baik dalam penulisan kata maupun dalam penyusunan kata.
Demikianlah atas waktu dan perhatian bapak, yang sudi kiranya membaca tugas ini dan kami ucapkan terima kasih.
Wassalammualaikum Wr.Wb
Jambi, 14 Oktober 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pada dasarnya manusia hidup dan melakukan aktifitas apapun tidak bisa sendiri, pasti akan membutuhkan bantuan orang lain. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Setiap orang memiliki kepribadian yang membedakan dirinya dengan yang lain. Kepribadian seseorang itu dipengaruhi faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus- menerus.
Selain individu, kelompok sosial yang lebih besar, seperti keluarga, tetangga dan masyarakat, memiliki ciri/ karakter / kebiasaan yang berbeda- beda pula.
Hal ini karena dalam kehidupan sehari- hari kita tidak terlepas dari pengaruh orang lain.
Selama manusia hidup ia tidak akan lepas dari pengaruh masyarakat, di rumah, di Sekolah, dan di lingkungan sosialnya. Oleh karena itu manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain.
Dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain oleh karena itu perilaku manusia selalu terkait dengan orang lain. Perilaku manusia dipengaruhi oleh orang lain, ia melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat respons positif dari orang lain (pujian).
Hal inilah yang melatar belakangi pembuatan makalah ini, agar kita tau seberapa pentingnya peran individu lain dalam kehidupan kita.
BAB II
ISI
MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN SOSIAL (MASYARAKAT)
2.1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individuum, artinya yang tak terbagi. Dalam bahasa Inggris individu berasal dari kata in dan divideed. Kata in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan kata divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur- unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jadi pengertian manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Setiap manusia memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri tidak ada manusia yang persis sama. Dari kesekian banyak manusia, tarnyata masing- masing memiliki keunikkan tersendiri. Sekalipun orang itu terlahir secara kembar, mereka tidak ada yang memiliki ciri psikis dan fisik yang persis sama.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.
3.2.MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL (MASYARAKAT)
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
3.3. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LINGKUNGAN HIDUP
Berkenaan hubungan antara manusia dengan alam, paling tidak ada tiga paham, yaitu paham determinisme, paham posiblisme, dan paham optimisme teknologi.
Orang- orang yang dapat dipandang sebagai tokoh paham determinisme itu antara lain Charles Darwin, Friederich Ratzel, dan Elsworth Huntingon. Determinisme alam menempatkan manusia sebagai makhluk yang tunduk pada alam, alam sebagai faktor menentukan. Menurut Charles Darwin (1809-1822), dalam teori evolusinya, bahwa makhluk hidup (tumbuh- tumbuhan, hewan, manusia), secara berkesinambungan dari waktu ke waktu mengalami perkembangan. Pada perkembangan tersebut terjadi perjuangan hidup (struggle for life, struggle for existence), seleksi alam (natural selection), dan yang kuat akan bertahan hidup (survival of the fittest). Dalam proses perkembangan kehidupan tadi faktor alam sangat menentukan. Pada teori dan pemahamannya itu, kelihatan jelas paham serta pandangan determinisme alam.
Friderich Ratzel melihat bahwa populasi manusia dengan perkembangan kebudayaannya ditentukan oleh kondisi alam. Meskipun manusia dipandang sebagai makhluk yang dinamis, mobilitasnya tetap dibatasi dan ditentukan oleh kondisi alam di permukaan bumi.
Elsworth Huntington berpandangan bahwa iklim sangat menentukan perkembangan kebudayaan manusia. Karena iklim dipermukaan bumi bervariasi, kebudayaan itu pun sangat beraneka ragam. Perkembangan seni, agama, pemerintahan, dan segi- segi kebudayaan lain sangat bergantung pada iklim setempat. Paham dan pandangannya ini di sebut “Determinisme iklim”.
Pada perkembangan dan kemajuan IPTEK seperti kita alami dewasa ini, seolah- olah penerapan serta pemanfaatannya itu memberikan kemungkinan terhadap kemampuan manusia memanfaatkan alam lingkungan. Sehingga pada suasana yang demikian, dapat berkembang pandangan “posibilisme optimis teknologi” yang secara optimis memberikan kemungkinan kepada penerapan teknologi dalam memecahkan masalah hubungan manusia dengan alam lingkungan.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menjadi dasar pesatnya kemajuan teknologi. Kemajuan dan penerapan teknologi telah membawa kemajuan pemanfaatan sumber daya alam bagi pentingnya pembangunan yang menjadi penopang kesejahteraan umat manusia. Atas dasar hal tersebut, telah muncul motto teknologi merupakan tulang punggung pembangunan. Penerapan dan pemanfaatan teknologi telah mampu membuka sebagian rahasia alam bagi kepentingan kesejahteraan umat manusia. Berlandaskan keberhasilan tersebut, ada sekelompok manusia yang seolah- olah mendewakan teknologi, menjadikan teknologi segala- galanya. Mereka sangat optimis selama teknologi maju dan berkembang, apapun dapat dilakukan, napapun dapat menjamin kebutuhan manusia. Teknologi dan penerapannya bukan lagi sebagai alternatif, melainkan telah menjadi keyakinan yang menjamin hidup dan kehidupan manusia. Selanjutnya mereka mengarah kepada ketergantungan teknologi. Atau seperti telah dikemukakan di atas menciptakan suasana “determinisme teknologi” sehingga mereka tidak percaya terhadap adanya Tuhan Yang Mahakuasa.
Optimisme teknologi jika tidak di waspadai dapat menghasilkan orang- orang yang tidak percaya akan Tuhan Yang Mahakuasa, menghasilkan orang- orang yang atheis. Padahal jika kita telaah dengan tenang,teknologi merupakan produk budaya, technology is the application of knowledge by man in order to perform some task he wants done (Brown & brown 1975 : 2)
Sebagai lembaga sosial yang menjadi wadah pertama serta utama dalam pembinaan individu, maka keluarga mempunyai fungsi majemuk. Selain keluarga wajib menjaminkesejahteraan materi para anggotanya, juga wajib menjamin kesejahteraan rohaninya. Dalam kasus- kasus teretntu, dalam menciptakan rasa adil, teruttama jika terjadi konflik antara anggota keluarga, keluarga ini juga menjadi lembaga peradilan. Memerhatikan kedudukan, fungsi dan peranan yang demikian, keluarga merupakan lembaga yang sangat bermakna dalam menciptakan serta membina individu menjadi makhluk sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jadi individu hanya sebutan yang tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya, keutuhan raga dan jiwanya. Sebagai individu, manusia dituntut untuk dapat mengenal serta memahami tanggung jawabnya bagi dirinya sendiri, masyarakat dan kepada Sang Pencipta. Sebagai mahluk individu manusia sangat unik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap individu akan sangat ekspresif tentang dirinya. Hal ini yang dikategorikan oleh para ahli dengan sifat, kepribadian, dan banyak istilah lain.
Dikatakan unik karena manusia memiliki beragai macam perbedaan dengan setiap manusia lain, mempunyai cara yang berbeda dalam upaya memenuhi kebutuhannya. perilaku atau aktivitas yang ada pada diri manusia (individu / organisme) tidak timbul dengan sendirinya tetapi akibat dari rangsangan (stimulus) yang diterima organisme bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal.
Sebagai individu, manusiapun mempunyai tujuan hidup sebagaimana yang di jelaskan oleh filsuf dan juga sufi Al Ghazali ”tujuan manusia sebagai individu adalah mencapai kebahagiaan dan kebahagiaan yang paling utama harus diketemukan di kehidupan yang akan datang, sarana utama kepada tujuan itu ada dua macam amal baik lahiriah berupa ketaatan kepada aturan-aturan tingkah laku yang diwahyukan dalam kitab suci dan upaya bathiniah untuk mencapai keutamaan jiwa”.
3.2 Saran
Sebagai makhluk individu, kita memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka. kita yang biasa dikenal dengan mahluk sempurna memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, maka kita harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirin seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, kita bisa mampu mengembangkan diri sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Kita sebagi seorang calon pendidik harus sadar bahwa dalam rangka mendidIk anak tidak boleh memaksa karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentUkan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri. Pendidikan hendaknya menghormati keindividualitasn anak, karakteristik individu anak, kepribadian anak, keunikannya, dan martabatnya.
LET’S CREATE THE GREEN INDONESIA
Diposting oleh
Vebria Ardina
Label:
Environtment Chemistry
/
Comments: (0)
In recent years “Global warming” became topics that is always discussed as a result of forest destruction, have a lot of appeal, slogans and advertisements in mass communication to invites us to make green The Earth, there are some terms or slogans is used, such as “One Man One Tree” or “One Billion Indonesian Trees for the World”
As the nation’s next generation, let’s save The planet we are lived on this, as the most expensive gifts for our grandchildrens.
We can participate in the success of the program go green in Indonesia. First, start from yourself. Efforts to re-forest greening Indonesia should start from a very small things. Such as :
1. To plant “One Man one tree” system
In our age now how much we do for our environment? Have we plant one tree for the needs of our oxygen? Have we prepared a small thing that would have a major impact for our children and grandchildren? If not yet, let’s we start to plant trees in our immediate environment now. As an example of one person to plant one tree in the around house, if it does not allow us to plant a "one house one tree", if in one village there are 100 homes, then there will be 100 trees that hold water, there are many leaves which produce oxygen and absorb carbon dioxide for our needs. Calculate how many millions of homes in Our contry? There will be how many millions of trees in Our country? We're not going to feel longer droughts, natural disasters such as floods and landslides. And it can realize the "One Billion Indonesian Trees for the World".
2. Inviting closest people from us to love plants and providing regular briefings so that
people realize that the plant plays an important role in conserving our environment.
For example, taking or propose to the RT to urge local people to plant any tree, or at least various kinds of fruits, ornamental plants, medicinal plants and spices cooked in around houses.
If we do not have a yard that is not too large, we can put it in a large vase or make the hang garden on the roofs, on the walls or fences, in the small alleys, so that we get a cool environment.
We can also do the competitions healty home, clean and beautiful grounds to mativate or give award to people who have done little things for our environment.
Let us jointly take care of our earth, so that our grandchildren can experience our natural wealth. Personal awareness can help the government program for the earth green again.
A bead of the struggle to save the earth as the Son We Nations, voicing Let GO Green '..., Get & Maintain We Human Friendly Earth ... Mother Earth from the Natural Environmental Damages Come on .. it's all, Save the Earth Mother Earth & Son Grandson Us from Global Warming Dangers 'or Threat of Global Warming ".
Writting by : VEBRIA ARDINA
Student’s Number : RSA1C110020
Study Programmes : ISSTE of Chemistry ‘10
As the nation’s next generation, let’s save The planet we are lived on this, as the most expensive gifts for our grandchildrens.
We can participate in the success of the program go green in Indonesia. First, start from yourself. Efforts to re-forest greening Indonesia should start from a very small things. Such as :
1. To plant “One Man one tree” system
In our age now how much we do for our environment? Have we plant one tree for the needs of our oxygen? Have we prepared a small thing that would have a major impact for our children and grandchildren? If not yet, let’s we start to plant trees in our immediate environment now. As an example of one person to plant one tree in the around house, if it does not allow us to plant a "one house one tree", if in one village there are 100 homes, then there will be 100 trees that hold water, there are many leaves which produce oxygen and absorb carbon dioxide for our needs. Calculate how many millions of homes in Our contry? There will be how many millions of trees in Our country? We're not going to feel longer droughts, natural disasters such as floods and landslides. And it can realize the "One Billion Indonesian Trees for the World".
2. Inviting closest people from us to love plants and providing regular briefings so that
people realize that the plant plays an important role in conserving our environment.
For example, taking or propose to the RT to urge local people to plant any tree, or at least various kinds of fruits, ornamental plants, medicinal plants and spices cooked in around houses.
If we do not have a yard that is not too large, we can put it in a large vase or make the hang garden on the roofs, on the walls or fences, in the small alleys, so that we get a cool environment.
We can also do the competitions healty home, clean and beautiful grounds to mativate or give award to people who have done little things for our environment.
Let us jointly take care of our earth, so that our grandchildren can experience our natural wealth. Personal awareness can help the government program for the earth green again.
A bead of the struggle to save the earth as the Son We Nations, voicing Let GO Green '..., Get & Maintain We Human Friendly Earth ... Mother Earth from the Natural Environmental Damages Come on .. it's all, Save the Earth Mother Earth & Son Grandson Us from Global Warming Dangers 'or Threat of Global Warming ".
Writting by : VEBRIA ARDINA
Student’s Number : RSA1C110020
Study Programmes : ISSTE of Chemistry ‘10